Gencatan senjata di Gaza mungkin terjadi, kata AS; 3 dilapor tewas dalam serangan baru Houthi
brief

Seorang wanita Palestina yang mengungsi selepas meninggalkan rumahnya akibat serangan Israel, di sebuah kamp tenda pada 6 Maret 2024. (Foto milik REUTERS/Mohammed Salem)
GAZA: AS mengatakan pada hari Rabu (6 Maret) bahwa pembicaraan tentang gencatan senjata dan pembebasan sandera di Gaza masih bisa mencapai kesepakatan antara Hamas dan Israel karena krisis kemanusiaan di wilayah tersebut mendorong Afrika Selatan meminta Pengadilan Dunia untuk tindakan darurat baru.
Para juru runding dari militan Hamas, Qatar, dan Mesir - kecuali Israel - sedang berusaha mengamankan gencatan senjata 40 hari tepat waktu menjelang Ramadhan, yang dimulai awal pekan depan.
Meskipun ada spekulasi bahwa perundingan sedang kebuntuan, AS mengatakan pada hari Rabu bahwa kesepakatan gencatan senjata masih mungkin dilakukan.
"Kami terus percaya bahwa hambatan-hambatan yang ada tidak dapat diatasi dan kesepakatan dapat dicapai... jadi kami akan terus mendorong tercapainya kesepakatan," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller di Washington.
Tetapi Afrika Selatan, yang pada bulan Januari membawa kasus di Pengadilan Dunia di Den Haag yang menuduh Israel melakukan genosida di Gaza, pada hari Rabu meminta pengadilan untuk memerintahkan tindakan darurat baru, termasuk menghentikan permusuhan karena warga sipil Palestina menghadapi kelaparan.
"Ancaman kelaparan parah sekarang telah terwujud. Pengadilan perlu bertindak sekarang untuk menghentikan tragedi yang akan terjadi," kata kepresidenan Afrika Selatan dalam sebuah pernyataan.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa dua orang Palestina, yang berusia 15 dan 72 tahun, meninggal karena dehidrasi dan gizi buruk di RS Al Shifa dan Kamal Adwan pada hari Rabu, meningkatkan jumlah kematian seperti itu hanya dalam waktu lebih dari seminggu menjadi 20 orang. Reuters tidak dapat memverifikasi kematian tersebut.
Kekhawatiran juga meningkat bahwa konflik Gaza dapat menyebar di Timur Tengah, terutama setelah serangkaian serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah dan Teluk Aden oleh pasukan Houthi yang berpihak pada Iran yang bertindak dalam solidaritas dengan Palestina.
Dalam serangan terbaru, sedikitnya tiga pelaut tewas dalam serangan Houthi terhadap kapal barang milik Yunani, kata pejabat militer AS, kematian pertama dilaporkan sejak kelompok Yaman memulai serangan terhadap pengiriman di salah satu jalur laut tersibuk di dunia.
Departemen Luar Negeri AS menyatakan akan terus menuntut pertanggungjawaban Houthi atas serangan semacam itu.
"MENUNJUKKAN FLEKSIBILITAS"
Hamas berjanji untuk terus ambil bagian dalam pembicaraan Kairo, tetapi para pejabat di kelompok militan itu mengatakan gencatan senjata harus diterapkan sebelum sandera dibebaskan, pasukan Israel harus meninggalkan Gaza, dan semua warga Gaza yang telah melarikan diri harus dapat kembali ke rumah mereka.
"Kami menunjukkan fleksibilitas yang dibutuhkan untuk mencapai penghentian agresi komprehensif terhadap rakyat kami, namun pendudukan (Israel) masih menghindari hak-hak di bawah perjanjian ini," kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
Sebuah sumber sebelumnya mengatakan bahwa Israel tidak ikut serta rundingan di Kairo karena Hamas menolak memberikan daftar sandera yang masih hidup. Hamas mengatakan ini tidak mungkin terjadi tanpa gencatan senjata karena para sandera tersebar di seluruh zona perang.
Pejabat senior Hamas Bassem Naim mengatakan bahwa kelompok itu telah mengajukan rancangan kesepakatannya sendiri dan sedang menunggu tanggapan dari Israel, dan bahwa “keputusannya sekarang ada di tangan Amerika”.
Presiden AS Joe Biden pada hari Selasa mengatakan bahwa sekutunya, Israel sedang bekerja sama dan mendesak Hamas untuk menerima "tawaran rasional" yang dibuat Israel.
Pasukan Israel, yang memulai serangan mereka di Gaza setelah serangan mematikan Hamas ke atas Israel pada 7 Oktober, terus membombardir wilayah Palestina itu sejak rundingan dimulai di Kairo pada hari Minggu, sementara situasi kemanusiaan yang mengerikan di jalur pesisir yang padat penduduk itu semakin memburuk.
"Setiap hari kami puluhan daripada kami mati. Kami menginginkan gencatan senjata sekarang," kata Shaban Abdel-Raouf, seorang tukang listrik Palestina dan ayah dari lima anak asal Kota Gaza, yang sekarang berada di Khan Younis selatan, kepada Reuters melalui aplikasi obrolan.
Pejabat kesehatan di Gaza mengatakan jumlah orang yang dikonfirmasi tewas dalam ofensif Israel sekarang sudah melewati 30.700. Dilaporkan ada 86 kematian dalam 24 jam terakhir dan saksi mata mengatakan bahwa pemboman Israel berlanjut di Khan Younis, kota Rafah di bagian selatan, dan daerah-daerah di Gaza tengah.
PERLUKAN LEBIH BANYAK BANTUAN
AS dan Inggris pada hari Rabu mengulangi seruan untuk meningkatkan bantuan ke Gaza. Washington telah mendesak Israel agar membuka lagi perlintasan perbatasan di Gaza utara untuk mendapatkan lebih banyak bantuan di sana.
Sekitar 250 truk bantuan memasuki Gaza pada hari Selasa, kata AS dan Israel. Miller menambahkan: "Kita perlu melihat lebih banyak lagi yang masuk."
Namun, juru bicara pemerintah Israel, Eylon Levy, menegaskan bahwa Israel tidak memberlakukan pembatasan bantuan dan memfasilitasi peningkatan pengiriman makanan, obat-obatan, dan pasokan lainnya, yang menyalahkan buruknya distribusi PBB di Gaza.
"Kami bekerja sama dengan sektor swasta, bekerja sama dalam bantuan dari udara juga," kata Levy. "Kirim bantuannya, kami akan terima."
Administrasi Biden menghadapi seruan yang meningkat dari sesama anggota Demokrat untuk meningkatkan tekanan terhadap Israel untuk meredakan krisis kemanusiaan, dengan ada yang mengatakan bahwa mereka mungkin mencoba menghentikan bantuan militer jika kondisi bagi warga sipil tidak membaik.
Kesepakatan yang disampaikan kepada Hamas bertujuan mendapatkan pembebasan beberapa sandera yang masih ditahannya setelah serangan 7 Oktober, di mana Israel mengatakan 1.200 orang tewas dan 253 orang diculik. Tahanan Palestina yang ditahan di Israel juga akan dibebaskan.




