Skip to main content
Iklan

Indonesia

Buang air kecil terlalu sering dan terasa perih? Kenali gejala ISK dan penyebab perempuan lebih rentan terinfeksi

CNA Women memaparkan sejumlah penyebab infeksi saluran kemih kerap kambuh, khususnya bagi perempuan, dan bagaimana cara mencegahnya.

Buang air kecil terlalu sering dan terasa perih? Kenali gejala ISK dan penyebab perempuan lebih rentan terinfeksi
Tes kultur urine dan sensitivitas dapat menentukan apakah Anda menderita infeksi saluran kemih (ISK) dan antibiotik yang boleh mengobatinya. (Foto: iStock/Tero Vesalainen)

SINGAPURA: Pernahkah Anda merasa perih saat buang air kecil? Pernah merasa terlalu sering pergi ke kamar mandi hingga mengganggu tidur di malam hari? Pernah merasa sakit di perut bagian bawah dan terus-menerus lelah? Jika jawabannya pernah, mungkin Anda menderita infeksi saluran kemih (ISK). Menurut sebagian perempuan, ISK akan lebih rentan sering terjadi seiring dengan bertambahnya usia. 

Menurut pengakuan beberapa teman perempuan saya yang berada di usia 40-an, mereka mengalami ISK berulang kali dalam beberapa tahun terakhir. Dan sepertinya, mereka sudah tidak sering melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Jadi, apa yang menyebabkan ISK dapat terjadi, dan apa benar ada kaitannya dengan aktivitas seksual?

Dr Beh Suan Tiong, konsultan kebidanan dan kandungan dari Beh Clinic for Women menjelaskan bahwa ISK dapat dikatakan terjadi berulang kali jika penderita mengalami infeksi akut sebanyak dua kali dalam enam bulan, atau tiga kali infeksi dalam satu tahun. 

Meskipun pengalaman setiap penderita pasti berbeda-beda, namun perempuan yang berusia lebih tua lebih rentan menderita ISK berulang, ujarnya.

Dr Beh mengungkapkan beberapa pasiennya menderita ISK beberapa kali dalam setahun. Beberapa di antaranya sudah mengalami ISK sejak usia muda dan mengaku semakin sering mengalami infeksi tersebut seiring bertambahnya usia.

MENGAPA PEREMPUAN LEBIH RENTAN TERINFEKSI KETIMBANG PRIA

ISK adalah infeksi dari bakteri yang memengaruhi sistem saluran kemih, yang terdiri dari kandung kemih, ginjal, ureter, dan uretra. Gejala yang umum terjadi pada penderitanya, antara lain sering ingin buang air kecil, sensasi perih seperti terbakar saat buang air kecil, air seni yang berwarna keruh atau berdarah, rasa tidak nyaman di perut bagian bawah dan/atau demam.

Organ yang umum terinfeksi adalah kandung kemih, tetapi terkadang infeksi dapat menjadi lebih serius dan dapat mempengaruhi ginjal.

Salah satu gejala infeksi saluran kemih adalah rasa ingin buang air kecil secara terus-menerus.

Perempuan lebih rentan menderita ISK karena memiliki uretra yang lebih pendek dari pria. Uretra adalah saluran air seni untuk mengalir dari kandung kemih ke luar tubuh.

Dr Christopher Chong, dokter spesialis kebidanan dan kandungan di Rumah Sakit Gleneagles memaparkan bahwa uretra pada perempuan umumnya pendek, hanya berkisar 4 cm. Hal ini memudahkan bakteri penginfeksi untuk bergerak ke atas uretra menuju kandung kemih dan menyebabkan infeksi. 

Sementara, pria memiliki uretra yang lebih panjang, yakni sepanjang penis. "Sebelum bakteri dapat melakukan perjalanan ke kandung kemih, seringkali pria akan buang air kecil dan bakteri tersebut secara alami akan ikut terbuang, sehingga menghindari terjadinya infeksi kandung kemih." 

Alasan lainnya, faktor jarak yang dekat antara uretra perempuan dengan anus yang dapat meningkatkan risiko perpindahan bakteri, jelas Dr Beh. Selain itu, perubahan hormon selama menopause atau kehamilan juga dapat meningkatkan kerentanan perempuan menderita ISK.

AKIBAT TERLALU SERING BERHUBUNGAN SEKSUAL?

Ada anggapan bahwa terlalu sering berhubungan seksual dapat meningkatkan risiko terkena ISK. Anggapan itu, menurut Dr Chong, ada benarnya, karena ketika kita berhubungan seksual bakteri penginfeksi dapat masuk ke dalam kandung kemih sehingga menimbulkan infeksi. 

Namun, berhubungan seks bukan satu-satunya faktor penyebab. 

Faktor genetika, anatomi, dan kondisi kesehatan juga sama pentingnya, ujar Dr Beh. Hal ini juga menjadi alasan mengapa bayi, dan perempuan yang belum pernah berhubungan seks atau melahirkan juga berisiko menderita ISK.

Dr Chong menambahkan bahwa pada penderita kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes, kanker, penyakit autoimun, dan bahkan mereka yang menggunakan steroid jangka panjang, biasanya memiliki daya tahan tubuh rendah, dan jika terkena infeksi tingkat tinggi akan lebih berisiko terkena ISK.

FAKTOR USIA

Mengapa ISK lebih sering terjadi seiring dengan bertambahnya usia? Menurut Dr Beh kambuhnya ISK "dapat disebabkan oleh perubahan yang berkaitan dengan usia pada saluran kemih, berkurangnya kadar estrogen, lapisan pelindung kandung kemih yang lebih tipis, dan otot-otot dasar panggul yang lebih lemah".

Selain berhubungan seks, faktor genetik, anatomi, dan kondisi kesehatan, seperti menderita diabetes atau menopause atau hamil, juga dapat meningkatkan risiko ISK pada perempuan.

Gejala-gejala ISK pada umumnya konsisten, meskipun semakin tua usia penderita perempuan maka ia lebih berisiko mengalami gejala tambahan, seperti inkontinensia (tidak mampu mengontrol keluarnya air seni), perubahan pola buang air kecil, serta rasa tidak nyaman di perut yang sulit dijelaskan, yang biasanya terjadi akibat pengaruh menopause dan faktor lain yang berkaitan dengan usia. 

Dr Chong menjelaskan bahwa perempuan juga harus menyadari bahwa setiap ISK yang mereka alami akan menurunkan daya tahan tubuh di area kandung kemih. "Secara kumulatif, semakin banyak infeksi, semakin rendah daya tahannya."

Selama menopause, karena estrogen berkurang, vagina dan saluran kemih menjadi sangat kering dan jaringannya menjadi sangat tipis. "Semakin tipis dan kering kulit, semakin mudah bagi bakteri untuk masuk," tambah Dr Chong.

Ditambah lagi, jika penderita sudah pernah mengalami gejala ISK di masa muda, maka ia berisiko mengalami infeksi berulang di kemudian hari, karena adanya potensi jaringan parut atau kerusakan pada saluran kemih, ujar Dr Beh.

IDENTIFIKASI PENYEBAB SECARA TEPAT 

Ketika mengobati ISK yang terus kambuh, menurut Dr Chong, kita harus menemukan akar masalahnya secara tepat. Sebagai contoh, tipe infeksi ISK yang paling umum berasal dari vagina. Namun, jika Anda hanya mengobati infeksi kandung kemih dan tidak mengobati infeksi vagina, maka resistensi terhadap infeksi akan terjadi, dan ISK pun dapat muncul lagi. 

Ia menambahkan bahwa meresepkan obat yang tepat sangatlah penting. Untuk itu, langkah pertama adalah mengidentifikasi masalah secara akurat.

Oleh karena itu, sekadar melakukan tes urine sederhana untuk memeriksa tanda-tanda infeksi mungkin tidak cukup. Jika Anda khawatir terkena ISK, mintalah kepada dokter untuk memeriksa kultur dan sensitivitas urine. 

Tes ini memakan waktu sekitar tiga hari dan melibatkan pertumbuhan bakteri penginfeksi di laboratorium. Tes ini juga akan mencocokkan serangkaian antibiotik rutin dengan bakteri apa pun yang ditemukan dalam urine Anda, untuk melihat apakah bakteri tersebut sensitif atau resisten terhadap suatu antibiotik, jelas Dr Chong.

Ada wanita menyadari mereka lebih rentan terhadap ISK seiring bertambahnya usia. (Foto: iStock/Mintra Kwthijak)

"Dokter akan memberikan antibiotik jika meyakini pasien menderita ISK bahkan sebelum hasil tes kultur urine keluar," katanya. Dan jika hasilnya menunjukkan bahwa bakteri yang ada resisten terhadap antibiotik yang diberikan, dokter akan dapat mengganti pasien dengan antibiotik yang lebih sensitif.

"Jika tidak, ISK mungkin tidak dapat diobati atau lebih buruk lagi, mungkin ISK akan menjadi lebih sulit untuk diobati di masa depan," kata Dr Chong.

BAGAIMANA MENCEGAH ISK?

Kedua dokter berpendapat bahwa ada beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan perempuan untuk dapat terhindar dari ISK: 

  • Banyak minum air putih sehingga bakteri bisa dikeluarkan dari saluran kemih
  • Usahakan untuk buang air kecil sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual untuk mengurangi masuknya bakteri
  • Menjaga kebersihan kemaluan secara tepat, yakni membersihkan kelamin dari arah depan ke belakang
  • Hindari penggunaan produk kewanitaan yang dapat menyebabkan iritasi
  • Menggunakan pakaian dalam berbahan katun yang dapat menyerap keringat dan menghindari celana yang ketat
  • Konsumsi suplemen seperti probiotik untuk kandung kemih, serta suplemen lainnya yang dapat memperkuat kekebalan tubuh
  • Tingkatkan daya tahan tubuh dengan tidur yang berkualitas, kurangi tingkat stres, berolahraga secara teratur, dan makan makanan yang seimbang

Untuk perempuan dengan kategori usia yang tidak lagi muda, Dr Chong menyarankan untuk mencegah atau mengobati atrofi vagina -- penipisan, pengeringan, dan peradangan pada dinding vagina -- dengan menggunakan lubrikasi yang cukup ketika berhubungan seksual.

Ada juga terapi laser pada vagina, yang membantu merombak dan meregenerasi kolagen di area tersebut. "Hal ini akan menebalkan jaringan vagina dan kandung kemih, membuat bakteri lebih sulit untuk masuk," jelas Dr Chong. Ia menambahkan bahwa terapi ini dilakukan oleh dokter di klinik, hanya membutuhkan waktu dua menit, dan tidak menyakitkan.

Sebagai tambahan, Dr Beh juga menyarankan untuk melakukan latihan dasar panggul untuk menjaga kekencangan otot, menjalani terapi estrogen topikal untuk menangkal perubahan terkait menopause, atau berkonsultasi dengan dokter terkait penggunaan antibiotik profilaksis, terutama jika ISK kerap kambuh.

Baca artikel ini dalam bahasa Inggris di sini.

Source: CNA/ps(ih)

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan