Skip to main content
Iklan

Indonesia

Pengamat: Mahfud MD jadi cawapres mendampingi Ganjar Pranowo, sebuah pilihan yang strategis

Pengumuman ini disampaikan selang sehari sebelum dibukanya periode pendaftaran kandidat calon presiden dan wakil presiden.

Pengamat: Mahfud MD jadi cawapres mendampingi Ganjar Pranowo, sebuah pilihan yang strategis
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD (kiri) mengacungkan jempol pada 18 Oktober 2023 setelah diumumkan sebagai calon wakil presiden dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (kanan) untuk Pilpres 2024. (Foto: CNA/Danang Wisanggeni)

JAKARTA: Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Indonesia Mahfud MD akan menjadi calon wakil presiden yang mendampingi mantan gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam pemilu presiden 14 Februari tahun depan.

Mantan presiden Megawati Soekarnoputri, ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), menyampaikan pengumuman tersebut pada acara temu media di markas PDI-P pada Rabu (18 Okt).

"Beliau seorang sosok intelektual yang mumpuni," kata Mega soal Mahfud yang memasuki ruang acara beriringan dengan Ganjar.

"Dia jujur dan bernyali, dikenal sebagai pembela wong cilik. Pasangan Ganjar dan Mahfud akan memperkaya demokrasi negeri ini."

Mengomentari penetapan dirinya mendampingi Ganjar, Mahfud mengatakan: "Saya sudah lama mengenal Mas Ganjar ... figur pemimpin yang merakyat dan berani. Berani memperbaiki yang bengkok, berani menerima kritik, berani memperjuangkan nilai-nilai politik yang diyakini benar."

Sementara itu, Ganjar dalam kesempatan tersebut meminta dukungan dari rakyat Indonesia untuk pemilu presiden tahun depan.

"Kami yakin dengan semangat bersama ini, kita akan segera mencapai masa depan dan kehidupan yang jauh lebih baik bagi seluruh bangsa Indonesia," kata dia.

Penetapan Mahfud sebagai cawapres mendampingi Ganjar, yang menurut para pengamat kepada CNA adalah sebuah langkah strategis, diumumkan selang sehari sebelum dibukanya pendaftaran calon presiden dan wakil presiden oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Kamis (19/10).

Sejauh ini, sudah tiga tokoh yang mengumumkan akan maju sebagai calon presiden.

Selain Ganjar, ada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang sudah menyatakan keinginannya menjadi capres untuk ketiga kalinya.

Dia didukung oleh partainya, Partai Gerindra, partai politik ketiga terbesar di Indonesia, dan juga Golkar, partai kedua terbesar, serta beberapa partai lainnya.

Mantan gubernur Jakarta Anies Baswedan bersama dengan ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar juga telah mengumumkan akan menjadi capres dan cawapres pada pilpres tahun depan, didukung oleh partai keempat terbesar di Indonesia, Nasdem.

Baik Ganjar dan Anies menyatakan akan mendaftar ke KPU pada Kamis, sementara Prabowo belum mengumumkan sosok cawapres yang akan mendampinginya.

POLITISI KAWAKAN

Lahir di Jawa Timur, Mahfud MD adalah seorang politisi kawakan, cendekiawan Muslim, dan mantan hakim. Pria 66 tahun ini juga punya hubungan erat dengan Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia dan dunia.

Mahfud, yang memiliki nama asli Mohammad Mahfud Mahmodin tapi lebih dikenal dengan nama Mahfud MD, menempuh studi hukum dan memulai kariernya sebagai dosen.

Namanya mencuat di dunia politik setelah bergabung dengan PKB pada 1998.

Dia sempat menjabat menteri pertahanan pada tahun 2000 di masa presiden Abdurrahman Wahid. Pada 2001, dia menjabat menteri kehakiman dan HAM.

Kemudian pada 2008 Mahfud keluar dari PKB ketika dia menjabat ketua Mahkamah Konstitusi.

Bekas partainya, PKB, sempat ingin mengusung Mahfud sebagai calon presiden pada pemilu 2014 ketika masa jabatannya di MK berakhir pada 2013.

Tapi Mahfud akhirnya mendukung ketua umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

Prabowo kemudian berhadapan dengan Jokowi dari PDI-P yang memenangkan pemilihan presiden kala itu.

Ketika Presiden Jokowi ingin kembali mengikuti pilpres pada 2019, dia disebut-sebut ingin memilih Mahfud untuk mendampinginya.

Namun di menit terakhir, Jokowi justru menetapkan Ma'ruf Amin, ketua MUI dan anggota NU, sebagai cawapresnya.

Setelah memenangi pilpres, Jokowi pada Oktober 2019 menunjuk Mahfud sebagai menteri koordinator bidang politik, hukum, dan keamanan.

Para anggota PDI-P termasuk ketua umum Megawati Soekarnoputri, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD pada 18 Oktober 2023. (Foto: CNA/Danang Wisanggeni)

MAHFUD, SEBUAH PILIHAN STRATEGIS 

Ray Rangkuti, Pengamat politik dari lembaga riset Lingkar Madani di Jakarta, mengatakan kepada CNA bahwa keputusan PDI-P memilih Mahfud mendampingi Ganjar untuk pemilu tahun depan adalah sebuah langkah "strategis".

Sang menteri senior berasal dari Jawa Timur - provinsi dengan jumlah penduduk sekitar 41 juta orang. Jatim adalah provinsi kedua terpadat di Indonesia setelah Jawa Barat.

Ray meyakini, dengan memasangkan Mahfud dengan Ganjar akan meningkatkan peluang mereka memenangi suara di Jawa Timur. Strategi ini akan sangat membantu, pasalnya Prabowo diprediksi masih akan populer di Jawa Barat, provinsi tempat dia menang suara dari Jokowi pada pemilu 2019.

Mahfud juga punya kedekatan hubungan dengan NU, organisasi dengan sekitar 95 juta pengikut di seluruh Indonesia.

Ganjar dan Mahfud juga dalam posisi yang "kuat" dalam melawan pasangan Anies dan Muhaimin. Muhaimin juga berasal dari Jawa Timur, sama seperti Mahfud.

"Pasangan ini (Ganjar dan Mahfud) akan menjadi lawan yang kuat bagi Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar di Jawa Timur," kata Ray.

"Mereka akan menjadi pesaing yang tangguh."

Aditya Perdana, dosen politik di Universitas Indonesia, mengatakan Mahfud adalah "pilihan yang tepat" untuk mendukung pencalonan diri Ganjar sebagai presiden.

"Saya kira Mahfud adalah pilihan yang tepat karena dia memenuhi persyaratan yang diinginkan oleh para elite politik, seperti mewakili kelompok Muslim, setidaknya NU.

"Selain itu, tentu saja, karena karakternya Mahfud cukup populer di kalangan orang-orang yang kritis di kubu oposisi," kata Aditya kepada CNA.

Kendati demikian, imbuh Aditya, survei terbaru menunjukkan elektabilitas Mahfud hanya sekitar lima persen, dan ini bukanlah sinyal yang baik bagi Ganjar.

Pendapat lainnya disampaikan oleh pengamat politik dari Centre for Strategic and International Studies, Arya Fernandes, yang meyakini bahwa Mahfud dipilih sebagai cawapres karena Ganjar kurang berpengalaman memimpin di tingkat nasional. Ganjar adalah mantan gubernur Jawa Tengah.

"Selama kampanye, PDI-P bisa mengampanyekan pemberantasan korupsi dan penegakan hukum, bidang-bidang di mana yang Mahfud memiliki banyak pengalaman di situ.

"Saya tidak tahu apakah Mahfud akan dapat meningkatkan elektabilitas Ganjar, tapi yang jelas Mahfud melengkapi Ganjar," kata dia.

Hari terakhir pendaftaran calon presiden dan wakil presiden adalah 25 Oktober. Berdasarkan konstitusi Indonesia, Jokowi tidak bisa mencalonkan diri untuk ketiga kalinya.  

Baca artikel ini dalam bahasa Inggris di sini.

Source: CNA/da(ih)

Juga layak dibaca

Iklan
Iklan